Keramat STAHN-TP Palangkaraya (Foto)

keramat_stahntp

Keramat STAHN-TP

 

 

PALANGKA RAYA – Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri-Tampung Penyang (STAHN-TP) mengadakan acara ritual Mecaru dan pembangunan balai keramat. Ritual tersebut berjalan dengan lancar dan penuh khidmat. Kegiatan tersebut dilaksanakan sejak hari Selasa (27/12) sampai Jumat (30/12).

Diadakannya acara tersebut untuk mewujudkan keseimbangan dan keselarasan dalam lingkungan alam semesta secara niskala (spiritual) pada sekitar kampus. Berdasarkan keterangan dari panitia, kegiatan tersebut juga dalam rangka mewujudkan konsep Tri Hita Karana. “Konsep Tri Hita Karana, ajaran agama Hindu terkait hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya,” kata Ketua Panitia, Mitro, S.Pd., M.Si. Mecaru dan pembangunan Balai Keramat di kampus yang berlokasi di Jalan G. Obos X, sudah diinginkan sejak lama. Namun, baru terealisasi pada saat ini. Pasalnya, dana yang yang diperlukan cukup besar. Terlaksananya kegiatan tersebut tidak lepas dari partisipasi dan dukungan seluruh civitas akademika STAHN-TP Palangka Raya. Rangkaian ritual pembangunan Balai Keramat dipimpin oleh Rohaniawan Umat Hindu Kaharingan (basir) Ugoi Atin Bunu dan basir pembantu yakni Tanto, Andi S Duyung, Rabiadi dan Sika.

Rangkaian ritual dilaksanakan melalui beberapa tahapan, tahap pertama (27/12) diawali dengan ritual Balian Tantulak Panganduang Burung Dahiang dengan rangkaian diantaranya Manawur, Nantilang Liau yang disebut sebagai ritual untuk menjauhkan roh jahat dari para basir. Tahap kedua (28/12) dilanjutkan dengan ritual Mangkang Sangiang atau menyiapkan sangiang agar menyatu dengan para basir. Ritual lain juga dilaksanakan dengan tujuan membersihkan lingkungan dan tempat upacara dan tempat upacara serta seluruh peserta upacara.

Basir melaksanakan ritual sendiri pada tahap ketiga, dengan tujuan mengundang para leluhur. “Selanjutnya basir bersama-sama mengundang leluhur, mengumpulkan kayun karuhei, untuk dijadikan satu oleh Sangiang dan Balai Keramat yang sudah disiapkan oleh panitia pelaksana,” kata Mitro selaku ketua panitia. Selebihnya, menurut panitia, pada tahap keempat dilaksanakan Balian Marinjit Sahur Parapah dengan tujuan leluhur turut serta dalam proses pemotongan hewan kurban. Mitro menambahkan, selanjutnya para roh leluhur dipersilahkan untuk menerima makanan atau sesajen yang telah dipersiapkan.

Dengan dibangunnya Balai Keramat dilingkungan kampus STAHN-TP, diharapkan dapat berfungsi sebagai istana para leluhur atau roh suci. Sehingga, lingkungan kampus dan sekitarnya dapat tercipta situasi dan kondisi yang saling berkeseimbangan dan harmonisasi. Dalam ritual Mecaru, dipimpin langsung oleh A.A. Gede Wiranata, S.Ag dan Mangku I Wayan Karya dengan maksud melakukan pembersihan lingkungan kampus secara spiritual. Mecaru, panitia menambahkan juga bisa disebut Butha Yadnya dengan tujuan untuk menjaga dan mengharmoniskan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. “Seperti kita ketahui, tumbuh-tumbuhanlah sebagai bahan dasar makanan hewan dan manusia, jika keharmonisan tanah, air, api, udara dan ether terganggu, maka fungsinya juga kan terganggu,” jelas Mitro dengan menambahkan bahwa fungsi Mecaru untuk menambahkan nilai-nilai luhur dan spiritual kepada umat manusia agar selalu menjaga keharmonisan alam berdasarkan wawasan semesta alam. (abe)

 

http://www.kaltengpos.web.id/?menu=slide&id=868

 

Banyak Salah Kaprah Ritual Hindu Kaharingan

Batang Garing

Batang Garing

Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan (MB-AHK) Pusat Palangka Raya mensinyalir ada pihak tertentu yang secara sengaja mempelintir ritual-ritual agama Hindu Kaharingan. Sehingga seakan-akan hanya ritual adat suku Dayak. Lebih memprihatinkan lagi banyak orang-orang yang mengambil keuntungan dari kesalahkaprahan ini. “Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan hendak membuka lahan. Oleh pihak tertentu dilaksanakan upacara manyanggar/mamapas lewu atau tolak bala. Sejatinya upacara tersebut bukan adat, melainkan ritual agama Hindu Kaharingan,” kata Pj Ketua MB-AHK Pusat Palangka Raya, Lewis KDR, Rabu (30/11) lalu. Dia mengungkapkan, selama beberapa dekade terakhir cukup banyak masyarakat yang salah persepsi tentang adat suku Dayak Kalimantan Tengah dan agama Hindu Kaharingan.

Bahkan, ritual-ritual yang seharusnya masuk ke dalam ranah agama Hindu Kaharingan malah dianggap upacara adat. Lewis sangat menyayangkan salah kaprah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat mengenai adat suku Dayak dan ritual agama Hindu Kaharingan. Apalagi jika ada pihak yang secara sengaja mencampuradukan adat dengan agama Hindu Kaharingan. “Guna meluruskan persepsi yang keliru tersebut pada 28-29 November lalu MB-AHK mengadakan rapat koordinasi (Rakor) yang Continue reading

Manggaru Sangku Tambak Raja

 

Nggaru manyangku sangku kapanatau tambak raja ije bahalap basuang behas parei manyangen tingang,
hayak ingarambang hapan giling pinang hambalat awi rukun tarahan,
basingah bulau pungkal raja rabia tisik tambun,
ije bahalap ineras hapan bulau hambaruan ije bangkusan timpung.
Maluhing hapan dandang tingang ije kadandang tuh inyarah ikei
akan Ranying Hatalla Langit,Tuhan tambing kabanteran bulan, Raja tuntung matan andau.
Basa bitim hai kuasam belum datuh japa jimat maharing.
Mangat kare kahandak ikei uras tau manjadi kilau gawim junjun helu huran
ije manjadian sahapus batang danum injam tingang rundung nasih nampui burung.
Uka behas bulau hambaruan ije mungkus huang bangkusan timpung tau hariten nduan hila upun tundue barintih nduan halawu benteng.
Kuruk Hambaruan Ikei,

Sahiy Sahiy Sahiy

 

Versi audio

Vocal = NN / Rabiadi (katanya) – dapet dari HP temen